Jumat, 23 September 2016

Strategi investasi tanah dengan cara "keroyokan"

"jika kau ingin berjalan dengan cepat berjalanlah sendiri, tapi jika kau ingin bisa berjalan jauh berjalanlah bersama-sama".

pepatah itu yang pernah saya baca dari sebuah buku, jika di hubungkan dengan judul artikel diatas maka jelas maksudnya adalah bagaimana cara membeli tanah sebagai investasi masa depan dengan cara beramai-ramai alias "keroyokan".    

oke.. Sambil ngopi dibawah ini akan saya jelaskan caranya. modal minim selalu menjadi kendala bagi sebagian masyarakat yang berada pada golongan menengah ke bawah yang berkeinginan membeli tanah khususnya di daerah Denpasar dan kota-kota besar lainnya di Indonesia (saya tekankan di daerah Denpasar karena saya tinggal di Denpasar he..he..he).

misalkan harga tanah di daerah dalung Denpasar 400 juta/are sedangkan modal yang anda miliki cuma 45 juta rupiah itupun anda dapatkan dari usaha extra keras alias dari ngutang sana-sini.

dengan uang 45 juta rupiah anda bisa membeli tanah seharga 400 juta rupiah caranya dengan mengumpulkan 10 orang dari teman-teman anda yang memiliki visi dan misi yang sama,jika masing-masing orang mampu mengumpulkan uang 45 juta rupiah jika dikalikan 10 orang maka uang yang terkumpul adalah 450 juta rupiah dengan uang sejumlah itu kalian bisa membeli tanah seharga 400 juta rupiah dengan kepemilikan bersama,lalu sisanya yang 50 juta rupiah anda bisa pakai untuk mengurus balik nama surat kepemilikan tanah, biaya konsumsi dll selama kalian bertualang mencari lokasi tanah yang layak di beli, tapi saran saya sisa uang tersebut jangan di pakai untuk party di Cafe remang.
oke.. Sambil merokok saya lanjutkan lagi (maaf bagi yang bukan perokok) sekarang kita bahas apa yang bisa di lakukan setelah kalian memiliki tanah tersebut :

1. Anda bisa jual kembali tanah tsb setelah beberapa tahun dengan harga yang lebih tinggi.

2. anda bisa membangun rumah/kos2an lalu disewakan ataupun di kontrakan.

3. anda bisa merencanakan membeli tanah lagi dan menggunakan sertifikat tsb sebagai jaminan di Bank.

4. Anda bisa membangun tempat usaha/bisnis yang di kelola bersama misalkan toko sembako,toko bangunan, bisnis makanan, ataupun bisnis tempat hiburan tapi bukan lokalisasi tentunya dll.

Jadi kira2 itulah keuntungan yang bisa didapatkan dari metode investasi tanah dengan cara "keroyokan", ide ini di cetuskan oleh I wayan Sudama(yan mame) semoga bermanfaat.

Tujuh Rahasia Sukses Pengusaha Tionghoa

By suksesbisnisusaha on December 9, 2014

Tujuh Rahasia Sukses Pengusaha Tionghoa− Orang Tionghoa, khususnya yang hidup di perantauan, kerap dianggap bertangan dingin dalam berbisnis. Inilah 7 rahasia kaum Tionghoa menjadi pengusaha sukses!

1. Terlibat sejak dini

Di kalangan pebisnis Tionghoa, melibatkan keluarga sejak dini adalah hal biasa. Bila seorang ayah membuka rumah makan, maka anak-anaknya ditugaskan menjadi pelayan, sedangkan istri menjadi kasir. Begitu anak beranjak dewasa, mereka sudah menguasai seluk-beluk bisnis di luar kepala dan menjalankannya tanpa canggung.

2. Administrasi dan pembukuan yang baik

Sangat jarang toko yang dijalankan pengusaha Tionghoa kehabisan stok barang.
Sebab mereka menerapkan sistem administrasi barang yang baik. Sedangkan pembukuan yang baik membuat arus kas berjalan lancar.

3. Dua puluh persen biaya hidup

Sebelum bisnis benar-benar sukses (dengan kata lain sudah kaya raya), orang Tionghoa terbiasa hidup sederhana, yaitu dengan cara menggunakan hanya 20 persen dari penghasilan mereka. Bila punya pendapatan Rp 10 juta, maka yang digunakan untuk biaya hidup hanya Rp 2 juta saja dan sisanya ditabung atau diinvestasikan.

4. Berani ambil risiko

Keyakinan bahwa selalu ada kesempatan di setiap rintangan, membuat pengusaha Tionghoa lebih berani mengambil risiko. Kata gagal sepertinya sudah dihapus dari kamus mereka.

5. Survei dan belajar

Pengusaha Tionghoa yang akan memulai usaha tak segan bertanya dan belajar kepada siapa pun untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai usaha yang akan dimulainya. Mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang usaha yang akan digeluti membuat usaha mereka cepat meroket, karena sudah tahu seluk beluknya.

6. Pelayanan terbaik

Ada pepatah Tionghoa yang mengatakan, ‘Jika tak pandai tersenyum, jangan membuat toko.” Maksudnya, Anda harus memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Tanpa pelayanan yang memuaskan, dijamin pelanggan akan pindah ke toko sebelah.

7. Memelihara relasi

Pengusaha Tionghoa terkenal pandai menjaga hubungan dengan pelanggannya. Hal sederhana yang acap dilakukan adalah memberikan hadiah kepada pelanggan. Meski tak selalu berharga mahal, namun tetap akan meninggalkan kesan baik bagi pelanggannya, sehinga mereka ingin selalu kembali ke toko tersebut.

Kamis, 22 September 2016

Strategi pemasaran jasa bimbel

menurut Wikipedia) adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi, produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan. Tujuan promosi diantaranya adalah:
1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial
2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit/laba
3. Untuk mendapatkan konsumen baru dan menjaga kesetiaan konsumen
4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.
7. Mengubah tingkah laku dan pendapat konsumen.

Nah, dari ketujuh tujuan promosi diatas, berikut adalah 50 teknik promosi website yang nantinya akan berisi profil bisnis Bimbingan Belajar Anda. Sehingga, begitu mereka mengakses website Anda, Anda juga sekaligus mempromosikan usaha Bimbingan Belajar Anda di website tersebut.

Ketika melakukan aktivitas promosi yang kami sebutkan dibawah, jangan lupa untuk selalu memberitahukan alamat website Anda ke calon konsumen Anda.

1. Memasang iklan baris di koran.
2. Memasang iklan di buku telepon (yellow pages).
3. Menyebarkan katalog promosi dan iklan di pusat perkulakan.
4. Mendekati calon konsumen lewat telepon secara aktif.
5. Mendatangi langsung konsumen yang potensial.
6. Berpromosi lewat surat (direct mail).
7. Menjadi pembicara di seminar, dan bicarakan hal-hal yang hanya dikuasai.
8. Menjadi pembicara tamu acara dialog di radio.
9. Membuat data konsumen lengkap dengan alamat dan kontaknya. Jaga terus agar tetap up to date.
10. Membangun citra perusahaan dengan kop surat yang menarik.
11. Merancang brosur yang menjelaskan keuntungan produk.
12. Mengembangkan cara pemesanan lewat jarak jauh (delivery) seperti lewat surat, email, SMS, Telpon, BBM atau media lainnya
13. Membuat tempat khusus untuk memamerkan usaha Bimbingan Belajar
14. Merancang pemasaran jarak jauh (telemarketing)
15. Membuat logo perusahaan sesuai dengan citra yang dibangun
16. Menerbitkan bulletin yang berkaitan dengan usaha yang dimiliki, paling tidak 3 bulan sekali
17. Mencetak kalender dan membagikannya sebagai souvenir.
18. Membuat kampanye sosial yang berkaitan dengan bisnis Bimbingan Belajar.
19. Membuat stiker dengan logo dan slogan perusahaan dan membagikannya
20. Membuat kaos dengan logo dan nama perusahaan lalu membagikannya.
21. Menjajaki promosi dengan perusahaan lain yang bukan pesaing.
22. Memasang iklan di media cetak mingguan atau bulanan seperti majalah, bulletin, atau tabloid.
23. Memanfaatkan promosi patungan untuk menghemat biaya promosi
24. Berterimakasih pada konsumen dengan mengirimi surat
25. Menjaga hubungan dengan konsumen dengan mengirimkan kartu ucapan
26. Memasang profil perusahaan di Koran dan majalah yang biasa di baca calon konsumen sasaran
27. Menyewa agen periklanan atau humas (Public Relation)
28. Menyelenggarakan kontes atau sayembara yang bersifat promosi
29. Menyelenggarakan seminar yang khusus membahas produk atau jasa yang ada di perusahaan
30. Menyelipkan brosur, katalog promosi atau bahan promosi lain ke dalam tagihan yang dikirim
31. Mencari calon konsumen di pameran-pameran.
32. Mencari calon konsumen di perkumpulan atau komunitas yang berhubungan dengan bisnis Bimbingan Belajar
33. Menari calon konsumen di seminar-seminar.
34. Mencari konsumen potensial di majalah atau koran
35. Mengemas brosur, daftar harga, dan surat menyurat dalam tempat khusus untuk konsumen.
36. Memasang papan penunjuk yang mengarahkan ke kantor Anda.
37. Menyebarkan brosur yang diselipkan di wiper kaca mobil.
38. Mencetak kalimat bersifat promosi pada kertas promosi atau amplop.
39. Memasang logo dan nama perusahaan di kendaraan perusahaan.
40. Membuat daftar produk, lengkap dengan gambar.
41. Menyiapkan video tentang profil perusahaan.
42. Menyiapkan proposal yang ditawarkan untuk mengantisipasi kebutuhan konsumen.
43. Menyiapkan contoh produk gratisan.
44. Menyediakan kesempatan pada calon konsumen untuk melihat-lihat proses produksi.
45. Mensponsori acara amal.
46. Menyebarkan kartu nama ke kenalan, saudara, teman, atau siapa saja.
47. Membuat mug dan membagikannya sebagai cinderamata
48. Membuat topi sebagai hadiah
49. Menerbangkan balon berisi logo perusahaan pada acara-acara tertentu
50. Beriklan di media elektronik seperti radio dan televisi
51. Pasang papan iklan di reklame, halte bus, dan tempat-tempat strategis

Demikianlah 51 cara promosi bisnis Bimbingan Belajar dan strategi pemasarannya. Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi Anda dalam menjalankan usaha Bimbingan Belajar. Apabila Anda tertarik, kami siap membantu membangun website untuk usaha Bimbingan Belajar Anda.

Rabu, 21 September 2016

Hamzah izzulhaq sukses dengan bisnis bimbel

Usianya memang masih muda namun sudah sukses menjadi seorang direktur dari perusahaannya sendiri. Mungkin tidak banyak yang tahu siapa Hamzah Izzulhaq, tapi cerita suksesnya bisa menjadi motivasi, dan bukti bahwa kesuksesan bisa menjadi milik siapa saja selama mau terus berusaha.

Sejak kecil, bakat bisnis Hamzah memang sudah terlihat. Mulai dari menjual kelereng, gambar, petasan, koran, menjadi tukang parkir serta ojek payung pun juga dilakukan oleh pria kelahiran Jakarta, 26 April 1993 ini. Baru ketika duduk di bangku SMA, dia mulai serius untuk memulai sebuah bisnis usaha. Berawal dari berjualan pulsa dan buku sekolah setiap pergantian semester. Buku-buku tersebut didapatkan dari pamannya yang kebetulan bekerja di sebuah toko buku besar. Dari usahanya ini Hamzah berhasil mendapatkan keuntungan bersih mencapai Rp950 ribu/semester.

Uang jerih payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku kemudian ditabungnya. Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian operasional diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah sebagai pemodal saja. Sayangnya, bisnis itu tak berjalan lancar. Omzet yang didapat, sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizinnya. Voucher pulsa juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian yang diterimanya, Hamzah akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih 3 bulan itu.

Mengalami kegagalan, Hamzah tidak mau lama-lama merasa kecewa dan berusaha bangkit. Ilmu yang dia dapat dari membaca buku-buku pengembangan diri dan bisnis (seperti Quantum Leap) menjadi acuan untuk segera bangkit ketika rugi berbisnis.

Bermodal sisa tabungan di bank, Hamzah kembali berjualan pulsa. Beberapa bulan kemudian, tepatnya ketika ia kelas 2 SMA, Hamzah membeli alat mesin pin. Hal itu nekat dilakoninya karena ia melihat peluang usaha di sekolahnya yang sering mengadakan sejumlah acara seperti pentas seni, OSIS dan lainnya, yang biasanya membutuhkan pin serta stiker. Dari acara-acara di sekolah, ia menerima order yang cukup besar. Tapi lagi-lagi ia harus menerima kenyataan merugi lantaran tak menguasai teknik sehingga banyak produk orderan yang gagal cetak dan mesinnya pun rusak.

Kegagalan kembali membuat Hamzah merenung dan membaca biografi pengusaha sukses untuk menumbuhkan kembali semangatnya. Tak berapa lama, ia mulai berjualansnack seperti roti, piza, dan kue-kue. Keuntungan yang terkumpul dari penjualan itu sebesar Rp5 juta. Hingga akhirnya Hamzah menghadiri sebuah seminar bisnis pelajar bertajuk Community of Motivator and Entrepreneur (COME), yang kemudian membuka matanya tentang bagaimana sebuah bisnis bimbel seharusnya dikerjakan dan apa prospeknya.

Hal tersebut menjadi panggilan tersendiri bagi Hamzah yang selalu merasa pekerjaanya adalahpassionnya, bisnis-lahpassionnya. Hamzah kemudian bertemu dengan mitra bisnisnya yang menawari usaha franchise bimbingan belajar (bimbel) bernama Bintang Solusi Mandiri. Hamzah ingat saat itu rekan bisnisnya baru berusia 23 tahun namun memiliki 44 cabang bimbel.

Berkaca dari kegagalan sebelumnya, orangtua Hamzah cukup ragu kala mendengar niat anaknya. Hamzah terus meyakinkan ayah dan ibunya bahwa bimbel merupakan jalan kesuksesannya. Dia langsung menghubungi pembicara seminar untuk belajar lebih dalam ketika izin itu datang. Dia mempelajari serius semuanya dari marketing, keuangan, hingga prospek. Dia benar-benar ingin menekuni bimbelnya.

Hamzah ingin membeli sebuah cabang yang kebetulan dijual. Saat itu, modal yang dimilikinya hanya Rp. 5 juta. Sedangkan harga cabang tersebut Rp. 175 juta. Bukan pengusaha sukses kalau menyerah mencari jalan keluar. Hamzah berhasil melobi ayahnya untuk meminjamkan uang Rp. 70 juta yang seharusnya diperlukan untuk beli mobil, dan juga melobi pemilik cabang bimbel tersebut untuk membayar sisa Rp. 100 juta di belakang dengan sistem cicil.

Di bisnis bimbel ini, peruntungan Hamzah tiba. Seiring dengan lulusnya Hamzah dari SMA, Hamzah sudah memegang 3 lisensi franchise, jumlah siswa yang di atas 200 orang, omzet 360 juta per semester, dengan untung bersih 180 juta per semester. Merasa bisnis bimbelnya sudah mulai stabil dan bisa didelegasikan, Hamzah melirik bisnis sofabed. Sebuah perusahaan sofabed yang sudah jalan tiga bulan dia beli dan dia kembangkan. Perkembangannya yang cukup pesat membuat Hamzah bisa mengantongi omzet 160 juta perbulan.

Sejak bulan Agustus 2011, bisnis Hamzah telah resmi berbadan hukum dengan nama CV Hamasa Indonesia dan ia menjabat sebagai direktur utama di perusahaan miliknya itu. Omzetnya secara keseluruhan mencapai ratusan juta per bulan. Luar biasa!

Kisah sukses Sony sugema mendirikan bimbingan belajar

SONY SUGEMA mengaku mengawali karirnya sebagai “pengusaha” bimbingan belajar ketika duduk di kelas dua SMU Negeri 3 Bandung saat berusia 15 tahun. Ketika itu, ayahnya meninggal dunia sehingga Sony harus bekerja untuk menghidupi ibu dan keempat adiknya. Ia lalu memberi les privat kepada teman-teman sekelasnya.
“Soalnya saya nggak tahu harus ke mana nyari orang yang mau les privat. Saya tawarin ke teman-teman, mau nggak lima ribu sebulan. Ternyata beberapa teman saya mau,” kata Sony. Dia memang dipercaya teman-temannya untuk mengajar, mengingat otaknya yang cerdas.

Setelah mengajar teman-temannya di SMU, Sony mengaku ketagihan mengajar dan merasa tertarik dengan dunia pendidikan. “Awalnya saya tertarik, ngajar itu kok enak. Terus, tiap minggu di SMU 3 ada try out dan pembahasan, itu gratis. Itulah awal mula saya terjun ke dunia bimbingan belajar,” ujar Sony.
Tahun 1982, Sony lulus tes masuk ke Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Sipil. Ketika dia masih tingkat satu, Sony memutuskan untuk menikah. Saat itu istrinya kuliah di jurusan Biologi ITB dan berumur sekitar tiga tahun lebih tua.

Setelah menikah, Sony merasa tanggungannya semakin banyak. Akhirnya, untuk menambah penghasilan, dia memutuskan untuk menjadi guru di SMU Angkasa Bandung. Ketika itu Sony mengajar pelajaran matematika, fisika, dan kimia untuk siswa kelas satu, dua, dan tiga.

“Setelah itu, saya bekerja sebagai pengajar di beberapa bimbingan belajar. Baru pada tahun 1990 saya memutuskan untuk membuka bimbingan belajar sendiri,” kata Sony.
Cikal bakal Sony Sugema College (SSC) ini awalnya terletak di Jalan Dipati ukur. Modal awal pendirian bimbel ini hanya Rp 1,5 juta, yang diperoleh Sony dari pembayaran royalti buku-bukunya. Sony Sugema memang pernah menulis buku tentang pembahasan soal-soal UMPTN yang setiap tahun selalu diperbaharui.

Awalnya murid bimbingan belajar ini hanya 140 orang dan Sony satu-satunya pengajar. Uang sebesar Rp 1,5 juta itu, kata Sony, digunakannya untuk menyewa ruangan tempat belajar sebesar Rp 750.000 dan sisanya untuk membayar gaji karyawan. Bimbingan belajar ini awalnya hanya mengkhususkan diri sebagai bimbingan belajar intensif untuk menghadapi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).

Lama kelamaan, Sony merasa bahwa dirinya lambat laun tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya karena terlalu sibuk bekerja sebagai pengajar tunggal. Akhirnya, dia memutuskan untuk meminta teman-temannya dari ITB, UNPAD, dan IKIP (sekarang UPI) untuk membantunya mengajar di bimbingan belajar tersebut.
Tahun 1991, dia membuka cabang di Jakarta disusul cabang-cabang di seluruh Indonesia. Lembaga bimbingan belajar ini berhasil meluluskan 618 orang siswanya ke ITB. Jumlah ini, kata Sony, menunjukkan hampir separuh mahasiswa ITB merupakan lulusan SSC.

Ketika ditanya apa yang membedakan SSC dengan bimbingan belajar lain, Sony mengaku dia menerapkan dua sistem pengajaran. Sistem yang pertama, kata Sony, dia menciptakan sistem penyelesaian soal dengan cepat yang diklaim sebagai the fastest solution.

Fastest solution, kata Sony, adalah cara belajar agar pelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. Apabila siswa mudah memahami pelajaran, siswa akan lebih bersemangat untuk belajar.

Selain fastest solution, Sony juga memiliki metode lain, yaitu learning is fun. Dengan metode ini, kata Sony, siswa akan lebih bergairah dan bersemangat dalam mempelajari pelajaran-pelajaran yang selama ini dianggap menakutkan seperti matematika dan fisika.

“Sebelumnya banyak siswa yang geuleuh (tidak suka) sama matematika. Sekarang, dengan metode ini, kita membuat anak mencintai matematika,” kata Sony.
Dengan kedua metode pengajaran tersebut, mau tidak mau pengajar yang berminat untuk menjadi guru SSC harus memenuhi sejumlah kriteria. Di antaranya, selain menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, pengajar juga tidak boleh terlalu serius dan dapat diterima oleh siswa.

Sebelum menjadi pengajar pun, kata Sony, mereka harus melewati beberapa tes. Ujian yang pertama adalah tes tertulis untuk mengetahui seberapa jauh calon pengajar menguasai materi pelajaran yang diajarkan. Setelah itu, mereka diharuskan melakukan simulasi mengajar di depan guru-guru SSC. Setelah magang selama tiga bulan, barulah calon pengajar tersebut diangkat menjadi pengajar tetap.

Gaji yang diterima para pengajar cukup memadai, berkisar antara Rp 20.000 hingga Rp 50.000 setiap jam mengajar. “Kita kan harus memperhatikan kesejahteraan guru-guru,” kata Sony.

Selain berkat doa dan kasih sayang ibu, Sony mengaku salah satu kunci kesuksesannya yang lain adalah dia berani untuk gagal. Kelemahan yang terdapat pada sebagian besar anak muda, kata Sony, adalah karena sebagian besar dari mereka takut gagal. Padahal, kata Sony, dengan kegagalan kita bisa belajar banyak
“Perusahaan besar saja pernah gagal. Namun, umumnya orang tidak pernah melihat kegagalan sebelum kesuksesan yang mereka raih sekarang,” kata Sony. Dia juga menilai anak muda sekarang umumnya tidak mau bersakit-sakit dalam memulai suatu usaha.

Sony memang berhasil mengembangkan bisnisnya-yang semuanya masih di bidang pendidikan-hingga menjadi empat perusahaan.

Tidak heran jika dia menerima penghargaan dari ITB sebagai Penghargaan Alumni ITB Berprestasi tahun 2002 dalam bidang industri. Sebelumnya, Sony memperoleh penghargaan Citra Top Executive Indonesia tahun 1997 dan 50 Enterprise Semangat Wirausaha Indonesia dari majalah SWA dan Accenture.

Serius dan berkemauan keras memang salah satu falsafah hidupnya. Hasilnya, dia sukses pada usia muda. Pepatah mengatakan, di mana ada kemauan di situ ada jalan.

Siswadi pengusaha muda sukses mendirikan usaha bimbingan belajar

Berbekal keyakinan dan motivasi yang tinggi, entrepreneur muda ini berani membidik bisnis di bidang pendidikan nonformal. Berkat keuletannya selama tiga tahun membangun usaha, dia kini berhasil meraup keuntungan ratusan juta rupiah per bulan.

Adalah Siswadi, pria kelahiran Purwodadi, 4 September 1984, yang merintis karier dan bisnisnya dari nol. Perjalanan hidupnya selama 27 tahun secara perlahan mengantarkannya menjadi salah seorangentrepreneur (wirausahawan) yang cukup sukses di bidangnya.

Melihat peluang terbuka di bidang pendidikan, Siswadi memutuskan membuka usaha bimbingan belajar di luar pendidikan formal yang biasa didapat di sekolah. Pada 4 Februari 2008, Siswadi bersama empat orang temannya mulai merintis bisnis bimbingan belajar di daerah Matraman, Jakarta Pusat.

“Saya melihat para orang tua rela merogoh kocek lebih dalam agar anaknya memperoleh pelajaran tambahan di luar sekolah lewat bimbingan belajar (bimbel). Bagi saya, ini merupakan peluang bisnis,” ujar Siswadi memaparkan alasannya membidik bidang pendidikan sebagai bisnis yang dia geluti.

Perjalanan merintis usaha tidak terlepas dari pengalamannya ketika masih duduk di bangku sekolah menengah umum. Saat itu dia bekerja di sebuah persewaan game untuk membiayai sekolah hingga mampu mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Bhayangkara. Namun, dia berani mengambil keputusan berbalik arah dan bekerja sebagai tenaga marketing di sebuah lembaga bimbingan belajar.

Di sinilah Siswadi banyak menggali ilmu mengenai seluk-beluk bisnis di bidang pendidikan nonformal. Dengan memanfaatkan rumah salah seorang temannya dan bermodal awal hanya sebesar Rp300 ribu untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan, Siswadi dan teman-temannya mulai merintis usaha bimbingan belajar. “Saat itu saya dapat murid 95 siswa,” kenang Siswadi.

Langkah awal tersebut menjadi batu lompatan untuk membesarkan usaha miliknya tersebut. Tanpa kenal lelah dan putus asa,dia terus berupaya menarik minat orang tua untuk memasukkan anak-anak mereka ke lembaga pendidikan yang dikelolanya.

Dia mengakui hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perjuangannya membesarkan usaha mulai menemukan titik cerah saat dua siswa didikannya lolos seleksi program pertukaran pelajar Indonesia-Jerman. Bak setetes air di gurun, setelah pertukaran pelajar itu, Bimbel Solusi milik Siswadi dilirik banyak siswa.

Terlebih, dari sisi biaya yang dibebankan kepada siswa, Bimbel Solusi menawarkan paket hemat yang terjangkau bagi kalangan bawah. Dengan berbagai inovasi dalam strategi pemasaran dan terus meningkatkan kualitas pendidikan, dalam kurun waktu tiga tahun, Bimbel Solusi berkembang cukup pesat.

Konsep waralaba telah diterapkan sebagai strategi utama perluasan cabang. Siswadi mengatakan, bimbel miliknya kini memiliki 45 cabang di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Tidak hanya memiliki siswa didik dengan jumlah yang besar, bisnis yang dirintisnya mampu menghidupi 500 karyawan.

Keuntungan yang diperolehnya pun cukup besar dan diakui di luar perkiraan sebelumnya. “Omzet per bulan sekira Rp400 juta,” kata Direktur Operasional Bimbel Solusi ini, seraya bersyukur atas jerih payahnya. Setelah bisnisnya mulai berkembang, Siswadi pun meneruskan kuliah di Universitas Islam Jakarta.

Tidak berhenti sampai di sini, nalurinya sebagai seorang wirausahawan menggugahnya untuk melebarkan sayap bisnis. Setelah bisnis bimbingan belajar cukup berkembang, keuntungan atau omzet yang diperolehnya dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis makanan. Siswadi memutuskan membuka sebuah restoran.

Berbekal pengalaman dan kemampuannya mengelola bisnis bimbingan belajar, Siswadi menerapkannya untuk bisnis restoran. Benar saja, dengan motivasi yang tinggi dan inovasi yang terus berkembang, Siswadi berhasil memiliki tujuh restoran dengan laba bersih berkisar Rp49 juta per bulan.

Semua kesuksesan baik bisnis bimbingan belajar maupun bisnis restoran yang kini dinikmatinya tidak jatuh dari langit. Menurut Siswadi, membutuhkan waktu yang panjang untuk terus belajar sebagai seorang pebisnis yang peduli pada pendidikan. Siswadi pun mengaku, sepanjang hidupnya terus mengalami masa sulit dan cukup gelap.

Namun, hal itu selalu menginspirasi sekaligus memotivasi dirinya. Dia pun memiliki moto hidup yang selalu menjadi inspirasi, “Hadapi rintangan dan yakin bahwa semua dapat diatasi”. (wisnoe moerti) (Koran SI/Koran SI/ade)